Sabtu, 27 Maret 2010

Pertemuan Sakral

Buletin Dakwah Al Kahfi, Edisi 27 Tahun IV/24 Oktober 2008 / 24 Syawal 1429 H.

Allahu Akbar…Allahu Akbar…. Bergema dengan keras untuk memberitahukan datangnya waktu shalat isya. Suara adzan itu terdengar begitu merdu di telinga. Segera Aisyah menuju ke Masjid dan berwudhu untuk menunaikan shalat. Tapi apa yang terjadi!! Langkahnya terhenti sepulang dari Masjid, seorang wanita berdiri tidak jauh darinya, dengan mengenakan baju muslim yang menutupi seluruh aurat, jilbab yang besar lengkap dengan kaos khaki.

Ya Allah, siapakah wanita ini? Parasnya yang manis, membuat dirinya seperti mengenali sosok wanita itu. Aisyah terus saja memikirkan siapa wanita itu. Tiba-tiba ada suara yang mengejutkan dan sekaligus menghentikan pemikirannya tentang wanita itu.

“Ais….” Wanita itu menyapa Aisyah.

“Putri…” Tanya Aisyah

“Ya, Ais ini aku, Putri.” Tanpa Aisyah sadari dia sudah memeluk sahabatnya itu.

“Putri aku sangat merindukanmu.” Sesaat kedua sahabat itu pun terlarut dalam kerinduan mereka, dan menceritakan keadaaan satu sama lain sambil berjalan pulang menuju rumah Aisyah. Sesampainya di rumah Aisyah kembali mengingat-ingat bagaimana ia kenal dengan sosok yang bernama Putri. Bagaimana mungkin Putri yang terkenal anti dengan kegiatan yang berbau Islam jadi menyukainya. Asal usulnya sih Putri begitu juga karena kedua orang tuanya yang tidak mendukung.

Udara dingin masuk melalui sela-sela pintu jendela kamar, udara pagi yang segar membangunkan Aisyah, sayup-sayup terdengar suara adzan berkumandang menandakan sudah memasuki waktu shalat subuh. Dengan keadaan yang belum sepenuhnya sadar, Aisyah bergegas ke kamar mandi, alangkah terkejutnya dia melihat Putri tertidur di atas sajadah, Aisyah segera membangunkan Putri, ternyata sehabis sholat tahajud tadi malam Putri tidak langsung bergegas tidur, dia selalu saja berdiam diri, sampai kedua matanya tertutup. Kejadian ini sudah berlangsung selama dua hari, selama itu dia tidak pernah menjelaskan ara yang terjadi

“Ais…ana pengen sekali kita ketempat yang dulu pernah kita kunjungi setiap saat kita ingin sekali berteriak untuk menghilangkan rasa kesal dan sedih kita”.

”Apa kau mau kesana sekarang?” tanya Aisyah.

”Ya,ana sangat berterima kasih kalau ukh mau menemani ana kesana”.Jawabnya.

”Baiklah sahabatku yang manis,tunggu sebentar ya!!kan kita juga mesti beres beres dulu”.

Sesaat terlihat oleh aisyah wajah sahabatnya yang tersenyum lepas,tapi ada kejanggalan dari senyum itu,sesuatu yang tak bisa diungkapkan dan berusaha mengeluarkannya.

“Ya Allah….,betapa besar kebesaran-Mu, menciptakan pemandangan yang indah seperti ini”.

Kata kata itu berulang kali terdengar oleh aisyah, ucaran yang sangat memuji kebesaran-Nya, ya tiada lain yang mengucapkannya adalah Putri.

“Aku mencintaimu ya Allah, jangan kau beri waktu secepat ini untuk meninggalkan orang yang ku sayangi, beri hamba waktu untuk memperbaiki semua kesalahan hamba didunia ini ya Allah, hamba tidak sanggup menanggup cobaan ini, hamba tidak sanggup”.

Seketika aisyah melihat wajah putri sudah dibasahi oleh air matanya,dan berkata lirih sebanyak tiga kali, ”Aku mencintaimu ya Allah”. Aisyah hanya bisa menatapi sahabatnya dengan perasaan yang sulit dikatakan, ia datang menghampiri putri untuk menghibur duka di hatinya.

”Putri, mungkin kesedihan yang kau rasakan begitu berat, tapi aku akan mencoba menghiasi hidupmu hari ini dengan kebahagiaan”.

Tiba-tiba putri menyela perkataan aisyah

”Andai saja sejak awal, ana menanggapi semua perkataan ukh, andai saja kedua oorang tua ana mengizinkan ana dan mendukung di dakwah ini, dan andai saja hidup sama seperti ukh,yang bebas memilih jalan hidupnya sendiri, tapi hidup ini selalu saja banyak berandai-andai.”

Sesaat Putri tampak mengelas nafas.” Ana menderita kanker otak.”

Sungguh terkejutnya Aisyah mendengar ucapan tersebut.

”Penyakit ini aku ketahui 2 bulan yang lalu dan dokter mengatakan sisa hidupku hanya 3 bulan saja, sebenarnya ana bisa sembuh jika ana mau di oprasi.” Ujarnya.

“Jadi, kenapa kau tidak oprasi saja ?” tanya Aisyah.

” Pikiran ukh sama dengan ana, ketika pertama kali mendengar berita itu, tapi keadaan menjadi berubah, karena dokter mengatakan ana harus kehilangan penglihatan setelah di oprasi, hampir 2 minggu ana memikirkannya untuk mengambil keputusan. Dan akhirnya ana mengambil keputusan untuk menunggu waktu 3 bulan itu, karena diwaktu yang sama itu ana juga sakit-sakitan akhirnya uang untuk oprasi, ana belikan untuk berobat Ibu ana, walaupun dulunya orang tua mengekang ana dalam dakwah ini, tapi rasa sayang ana tetap sama dan mungkin akan bertambah, karena orang tua ana telah mendukung perjuangan ana di dakwah. Hari-hari membahagiakan itu membuat ana jalani banyak aktivitas dengan hati yang sangat senang, dan tiba saatnya kepalaku terasa sakit sekali, sampai ana jatuh pingsan, saat ana pingsan, wajah yang pertama kali terlihat oleh ana adalah ukh, ana terkenang ucapan oleh ucapan ukh katakan, bahwa Allah selalu membuka pintu taubat untuk para hamba-Nya, tapi entah mengapa ana selalu saja memarahi ukh, setiap berkata seperti itu.” Air mata itu kembali membasahi wajahnya.

” Sudalah Put, jangan bersedih terus, kemarahan waktu itu, sudah ku lupankan sejauh-jauh hari.” Ucap Aisyah.

“terima kasih Aisyah, rasanya senang sekali selama 2 hari ini bersama-sama lagi dengan ukh.” Ujar putri.

Kedua sahabat itu pun beranjak pulang, angin yang berhembus dengan ramah pun ikut menghantarkan kepergian mereka dari tempat itu.Sepucuk surat Aisyah temukan di atas meja belajarnya, surat dari Putri,” ini sudah lima hari kepergian Putri, dan dia mengirimkan aku surat ??” tanya Aisyah dalam hati. Ternyata Putri mengabarkan bahwa dia sudah mendapat biaya kembali untuk operasinya dan besok adalah hari dia operasinya, dalam hati Putri merasa takut tapi ia ingin menjalani dakwah lebih lama lagi, walaupun harus kehilangan penglihatannya, dan Putri ingin sekali Aisyah datang kerumah sakit tempat ia dioperasi besok. Dengan kenyakinan yang kuat Aisyah memantapkan akan pergi besok.

Keesokan harinya, tanpa disangka-sangka Aisyah diminta untuk menemani adiknya dirumah, padahal Aisyah sudah bergegas akan pergi ke R.S, dilain tempat seseorang menunggu kedatangan sahabatnya. Hampir satu jam Aisyah mencari cara untuk bisa pergi, akhirnya dengan langkah kaki yang ringan dia mengajak adiknya untuk ikut bersamanya ke Rumah sakit. Sesampai disana, ternyata Putri sudah memasuki ruang oprasi, dengan perasaan menyesal Aisyah menunggu di ruang tunggu, selang dua menit kemudian seorang perawat datang menghampiri Aisyah dan menyaipaikan sepucuk surat yang ditinggalkan Putri untuk Aisyah, dalam surat itu dikatakan,

“Terima kasih banyak ukh telah menyempatkan datang kemari, di saat itu ukh datang mungkin ana sudah di ruang oprasi, hampir satu jam lebih ana menunggu tetapi ukh juga belum datang, akhirnya ana memutuskan ukh mempercepat oprasi ini, bagaimanapun hasil akhirnya ana menerima dengan lapang dada, ana hanya bisa berdoa semoga Allah meringankan langkah ana dalam meraih surga-Nya.”

Membaca surat itu Aisyah tidak bisa berkata apa-apa lagi, hampir 2 jam Aisyah menunggu, dan akhirnya penungguan itu berakhir saat seorang dokter keluar dari ruang oprasi, rasa lega tampak di wajah Aisyah, tapi sebaliknya wajah dokter tersebut mengungkapkan rasa bersalah dan datang menghampiri Aisyah.

“Sebelumnya saya minta maaf, saudari Putri teman anda sudah berjuang dengan sekuat tenaga sebelumnya,…”

Belum sempat dokter itu menyelesaikan perkataannya, Aisyah sudah meyela

“Jadi dok, bagaimana hasil operasinya ??? Putri selamatkan dok ???”

Tapi selalu saja tidak ada jawaban, akhirnya Aisyah memutuskan masuk ke raung oprasi dan meninggalkan adiknya di ruang tunggu di ruang oprasi telihat seperti cahaya dalam kegelapan, tubuhnya yang terbaring Putri tidak bernyawa itu mulai membuat Aisyah tidak tahan untuk menangis, sepintas mata Aisya menangkap sesuatu yang berada dalam genggaman Putri, Aisyah sangat terkejut karena detik-detik operasinya itu, Putri memegang tasbih pemberian Aisyah, tapi setahu Aisya tasbih itu sudah dibuang Putri, tapi kenapa sekarang ada digenggamannya? “Ya Allah berilah saudari hambamu ini tempat di surga-Mu”.

Kepergian Putri membuat Aisya sangat terpukul. Kejadian itu membuat Aisya ingin meneruskan jalan dakwah yang ditinggalkan Putri dan merubah dirinya sebagai seorang akhwat. Ia bersabar atas musibah yang menimpanya dan mengatakan apa yang dikatakan oleh Rasulullah SAW. “sesungguhnya kami ini milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya lah kami kembali. Ya Allah berikanlah kepada saya atas musibah yang menimapa saya, dan berilah kepada saya ganti yang lebih baik dari nya” (HR. Muslim). Aisya berharap dia bisa sepertibunga lili yang putih dan suci.

by: Farida Hanum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar