Kamis, 01 April 2010

MBA No,, Pernikahan Dini Yess..!!

“Cogito Ergosum” (Rene Descrates)
Dalam mendukung kemajuan sebuah negara, salah satu faktor pendukungnya adalah kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang terdiri dari masa balita, anak-anak, remaja, dewasa, dan tua. Nah, disinilah letak peran strategis dari remaja. Sobat, pernah dengar nggak, kalau kualitas sebuah negara tergantung pada kulitas pemudanya loh..!! But, penulis pernah dengar nih beberapa kalimat yang membuat penulis jadi ragu akan kulitas kawula muda di negara kita.

Seorang gadis pernah bilang gini, ”kalo aku nggak diizinin pacaran sama dia mendingan aku mati aja, soalnya aku nggak bisa hidup tanpa pacarku, aku bersedia mengorbankan apa saja demi dia.” Terus ada juga yang bilang, ”kalo nggak disetujui pacaran sama dia, mending kawin lari aja, atau hamil duluan, biar bisa nikah sama dia.” Naudzubillah tsumma naudzubilah semoga kita tidak termasuk orang-orang yang berbicara seperti itu. Kenapa yah, mereka sempat berpikir seperti itu? What happen with them??

Jika pikirannya saja sudah bobrok, apalagi tingkah lakunya? Kalau pemikiran sudah terlewat batas or melanggar nilai-nilai agama, so bagaimana dengan nasib bangsa kita? Bagaimana peran pemuda di negeri tercinta ini? Padahalkan kita warga negara Indonesia, khususnya para kawula muda merupakan penerus estafet bangsa? Nah, hal ini persis yang diharapkan Rene Descrates sebagai salah satu toko Renaisance di abad pertengahan yang kira-kira artinya ”Aku berpikir maka aku ada.”

Pernikahan Dini karena MBA
Fenomena pernikahan dini bukanlah hal yang aneh atau baru di Indonesia. Buktinya, di masyarakat sekarang sudah tidak asing lagi kalau kita mendengar ada saudara, teman, or tetangga kita yang keasyikkan pacaran, eh malah kebablasan terus dinikahkan. Atau ada juga yang sudah terlanjur MBA (Maried By Accident) tetapi sang calon Ibu nggak tau siapa yang harus dituntut untuk bertanggung jawab.

Satu-satu jalan keluarnya adalah dinikahkan dengan siapa saja yang mau dijadikan suami, melakukan aborsi atau dinikahkan dalam usia yang dini. Tak ada jalan lain, hal ini dilakukan untuk menutupi aib keluarga dan menyelamatkan status anak pasca kelahiran. Yang penting asal nikah dan lepas dari malu, masalah bisa membina rumah tangga dan mampu mendidik anak atau tidak adalah urusan belakangan.

Dengan banyaknya kasus sejenis, pernikahan saat ini sudah berkurang kesakralannya. Karena pernikahan yang di gagas akibat hilangnya kesucian atau MBA (Married By Accident). Pastinya sulit untuk mencapai tujuan mulia suatu pernikahan serta punya rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah, karena langkah awalnya juga tidak mulia. Apalagi menikah agar terbebas dari rasa malu akibat zina. Pernikahan seperti ini walaupun dilakukan dengan ijab dan kabul sesuai dengan ajaran islam tetapi dapat berakibat buruk lainnya. Contohnya dari segi kesehatan, bagi si wanitanya terkena ancaman penyakit kanker serviks ( kanker mulut rahim ) yang lebih tinggi, terganggunya kesehatan reproduksi, dan terkena penyakit kelamin. Selain itu di tinjau dari segi kejiwaan, seorang remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama masa kehamilan karena jiwa dan fisiknya belum siap, dapat mengurangi harmonisasi keluarga karena emosi yang masih labil, gejolak darah muda dan cara pikir yang belum matang, serta perceraian akan mudah timbul dan Si Ibu muda akan mudah menderita. Wiih......serem banget kan..?? Apalagi pernikahan dini dapat menyebabkan angka kematian ibu melahirkan meningkat secara signifikan. Widih...tambah serem tuh.

Pembaca setia, Undang-Undang negara kita telah mengatur batas usia perkawinan loh..!! Nah, dalam Undang-Undang Perkawinan Bab II Pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa pernikahan hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19 tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 tahun. Kebijakan pemerintah dalam menetapkan batas minimal usia pernikahan ini ternyata melalui proses dan berbagai pertimbangan. Hal ini dimaksudkan agar kedua belah pihak benar-benar siap dan matang dari segi fisik, psikis dan mental. Sudah cukup jelas kan sobat? Tapi karena tidak adanya sanksi pidana terhadap pelanggaran UU Perkawinan, menyebabkan pihak-pihak yang memaksa pernikahan di usia dini tidak dapat ditangani secara pidana. Maka makin merajalelalah model pernikahan di Indonesia baik dengan cara yang halal ataupun haram.

Sobat pembaca, perzinahan walaupun diiringi dengan pernikahan akan merusak tatanan sosial sebuah negara. Bukankah keluarga adalah tolak ukur utama dalam menentukan baik atau tidaknya kondisi suatu negara? Jika akarnya saja sudah rusak apalagi batangnya? Nah kalau sudah begini, pernikahan yang seharusnya mampu menjadi solusi menyelamatkan masyarakat dari keruntuhan moral, meneruskan generasi robbani, menentramkan jiwa dan menghindari diri dari penyakit jasmani dan ruhani, sudah tidak berjalan dengan semestinya. Tapi sekarang pernikahan sudah nggak beda dengan tempat pembuangan masalah dari berbagai persoalan hidup. Seolah dengan menikahkan kedua insan yang berzina, masalah akibat kerusakan moral yang telah dikerjakannya bisa selesai begitu saja. Jadi, siapa yang harus disalahkan dan bertanggung jawab dalam hal ini?

Kita ketahui bersama, saat ini gaya pacaran yang dilakukan oleh pasangan muda-mudi acapkali tidak mengindahkan norma-norma agama. Kebebasan yang sudah melampaui batas, di mana akibat kebebasan itu kerap kali kita jumpai tindakan-tindakan asusila di masyarakat yang salah satu contohnya adalah MBA (Married By Accident). Analisis bahwa maraknya budaya pergaulan bebas adalah perang budaya, sangat mungkin DVD bajakan bebas sensor begitu mudah didapatkan, situs-situs penyedia film, cerita, dan gambar porno sangat berjubel jumlahnya. HP menjadi penyebaran film-film porno yang sedemikian mudah diakses di internet dan disebarkan di kalangan muda-mudi.

Yang pada akhirnya bagi yang sudah melihat video-video jahiliyah tersebut ingin melakukanya dan berusaha untuk memenuhi hawa nafsu syaitannya . Nah kalau sudah begini bagaimana dengan tema kita ”Bersama Remaja sehat kita bangun keluarga kecil yang sehat, sejahtera dan bahagia”? Dalam hal ini penulis punya sedikit solusi untuk meminimalisir angka pernikahan dini akibat MBA. (boleh ya)..

Yang pertama, untuk mengubah budaya menikah di usia dini akibat MBA maka yang punya peran utama adalah para orang tua. Diharapkan agar orang tua mengawasi cara pergaulan anak remaja zaman sekarang. Jangan sampai kebablasan.

Yang kedua, membangun kesadaran bersama di masyarakat akan pentingnya penghargaan dan penghormatan terhadap manusia dan hak-hak asasi manusia, seperti hak dan kesehatan reproduksi.

Yang ketiga, memberi bekal kepada para kawula muda dengan mengadakan seminar-seminar, kajian, diskusi dan lain sebagainya tentang dampak pernikahan dini dan tentang pendidikan seks. Dalam hal ini dapat dilakukan oleh Dinas Kesehatan di setiap daerah di Indonesia.

Dan yang terakhir, membekali anak tercinta dengan keimanan dan ketaqwaan. Karena apapun tantangan dalam hidup ini dapat ditangkis dengan cepat bila seseorang sudah berbekal iman.

Penulis mengajak pembaca semua khususnya para kawula muda di seluruh belahan nusantara, Yuk, kita hindari yang namanya pergaulan bebas dengan tidak membatasi mencari teman. Sebelum ada zina, menikahlah, jangan setelah berzina baru menikah. Bukankah Rasulullah SAW berkata bahwa salah satu orang yang akan ditolong Allah adalah yang menikah karena hendak menjaga kesucian dirinya. Bukan karena untuk menutupi aib keluarga akibat MBA. Rasulullah SAW juga memerintahkan para pemuda untuk segera menikah dan tidak menunda-nunda pernikahan jika memang sudah mampu. Namun jika belum sanggup, maka hendaklah ia memperbanyak puasa. Jadi intinya, kalo pernikahan dini yang dilakukan karena motivasi untuk menjaga kesucian diri dan agama serta menghindari fitnah perzinahan, maka itu boleh - boleh aja, bahkan sangat dianjurkan oleh Rasulullah saw.

Ingatlah kawan, masih banyak lagi yang harus kita taklukan di dunia ini. Meskipun dunia ini terlalu angkuh dan keras untuk ditaklukan. Isilah waktu kosong Anda dengan hal-hal yang positif dan melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat. Hal ini bertujuan agar Anda tidak memiliki waktu untuk memikirkan hal-hal yang negatif. Jangan sampai kita para kawula muda yang diharapkan untuk membangun dan meneruskan Zamrud Khatulistiwa ini malah menjadi beban bagi negara apalagi menjadi beban bagi diri sendiri and keluarga. Oke....!! Selamat menjadi remaja yang unggul yaw, yang nggak mau kompromi dengan narkoba, seks bebas, HIV dan AIDS. Selamat berjuang!!


Oleh : Nurzannah ( MAN Kisaran )
Email : zen_cute@yahoo.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar