Jumat, 08 Maret 2013

Boleh "Gaul", Asal...

“Belum sempurna iman seseorang sampai hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa.”
(HR Imam an-Nawawi dalam Hadits al-Arbain)

Istilah gaul dalam atmosfer keidupan remaja bukan barang baru sebetulnya. akrab malah. Ya, nggak man? Pokoke, ada istilah kacamata gaul, anak gaul, pakaian gaul, bahasa gaul. Pokoknya, serba gaul, deh. Entah siapa yang membuat istilah-istilah seperti itu, yang jelas remaja macam kita begitu enjoy dengan sebutan anak gaul alias yang nggak kuper bin norak. Tul, nggak?

Hanya ada dua sebutan dalam pergaulan remaja, yang out of date dan up to date alias kuno (norak) dan keren. Ukuran kuno dan keren sering kali menjadi standar pergaulan. Misalnya, istilah kacamata gaul, ini untuk menggambarkan tentang kacamata yang melenceng dari fungsi aslinya, yakni bukan sebagai alat bantu baca atau pelindung mata saat melakukan pekerjaan di laboratorium untuk meredam radiasi sinar ultraviolet, tapi sudah brubah fungsi untuk ngeceng. Frame alias bingkainya berwarna ngejreng. Warna hitam, hijau, biru, merah, ungu, kerap melengkapi aksesoris kacamata gaul itu. Pokoknya heboh deh. Kira-kira bisa kamu lihat kacamata yang dipakai oleh gerobolan dr.pm misalkan atau anak-anak Ska lainnya. Nah, itulah yang disebut gaul dan keren alias up to date dalam standar pergaulan remaja sekarang.

Begitupun dengan sebutan anak gaul. Gambarannya anak ini enak aja diajak ngobrol, selalu nyambung dengan objek bahasan, dan kesannya nggak norak, ngertiin keinginan kita. Itulah anak gaul.


Gaul Bukan Berarti Bebas Berbuat

Yap, memang begitu. Kalo kamu tahu soal perkembangan musik, sepak bola, film dan mode yang berhubungan dengan gaya hidup saat ini bukan berarti harus jadi pelakunya, dong. Sekedar tahu, memang nggak dilarang, kok. Malah, seharusnya dijadikan sarana untuk mengetahui kerusakan dari budaya pop tersebut.

Cuma memang, bagi kita yang masih polos kayak kaos oblong, jangan coba-coba untuk mengetahui lebih jauh. Bisa berabe. Jangan-jangan kamu malah latah ikutan-ikutan gaul yang nggak benar. Firman Allah SWT,

“dan, janganlah kamu mengikuti apa yang kamuj tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya.” (al-Israa:36)

Nah, ayat ini bisa dipahami kalau kita wajib tahu hukum Islam tentang hal tersebut sebelum melakukannya. Because, sebagai seorang muslim kita wajib terikat dengan aturan Islam. Misalnya tahu tentang perkembangan dandanan alias mode, bukan berarti kita latah untuk mencobanya, padahal mode tersebut bertentangan dengan ajaran Islam. Seperti swimsuit alias pakaian renang atau tang-top, bagi kamu yang putri dilarang memakainya di tempat-tempat umum atau di hadapan yang bukan mahromnya.

Allah SWT berfirman,

“Katakanlah kepada wanita beriman hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) tampak darinya. Dan, hendaklah mereka menutupkan kain kerudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya…” (an-Nuur:31)
Dalam lanjutan ayat tersebut, boleh manampakkan ‘perhiasannya’ kepada mahromnya saja, seperti ayah, adik kandungnya, dan seterusnya.

Bagi kamu yang ingin tampil ‘ngetren’ dengan jilbab, pakai warna yang cerah dan nggak ngebosenin, pokoknya matching, deh. Jadi, selain menutup aurat kamu juga bisa bergaya, asal tetap menjaga kesopanan dan etika Islam. Tambahan untuk yang memakai jilbab, pastikan jilbabnya memenuhi standar yang ditetapkan Islam. Harus tebal, longgar, dan kainnya harus menyentuh tanah. Perlu kamu ketahui, yang namanya memakai jilbab bukan cuma kerudung karena jilbab adalah (semacam) jubah baju luar. Berarti, busana muslimah adalah kerudung plus jilbabnya, dong!

Di lingkungan anak cowok suka ada acara ‘wajib’ gagah. Rasanya kurang afdhal kalau ternyata penampilannya bikin orang lain ‘keselek’, atau postur tubuhnya kurang meyakinkan bagi jamaah cewek. Bodi yang keren kayak Peter Andre dan wajah cool kayak Enrique Iglesias, sangat didambakan anak cowok. Latihan angkat barbel atau nimba air di sumur bisa jadi acara ‘wajib’ membesarkan bodi en tampil macho.

Ngomong soal tampil macho ini, yang katanya bisa bikin pede dalam gaul, tetap saja terpaku kepada yang namanya mode. Modelah yang telah menciptakan tren. Modelah yang telah mengubah persepsi anak cowok dalam bergaul

Padahal, keliru besar kalau anggapan keren dan beken atau anak gaul itu hanya dilihat dari bentuk luarnya saja, belum tentu mewakili. Kenapa? Karena manusia sering tertipu oleh tampilan luar. Sering menyangka emas, padahal tembaga, atau sebaliknya, menganggap tembaga, padahal emas.

Di zaman Rasulullah, para sahabat juga banyak yang keren, malah dalam beberapa riwayat, Ali bin Abi Thalib termasuk orang yang kuat dan perkasa. Terbukti ketika dalam suatu peperangan, ia menggunakan pedangnya yang terkenal, Zulfikar—yang mempunyai mata pedang bercabang dua—mampu membelah tubuh musuh. Ini lusar biasa, dengan ukuran pedang yang gede banget dan tentu saja tenaga yang dibutuhkan untuk mengangkat dan mengayunkan pedang sebesar itu bukan main hebatnya, tapi Ali r.a. tetap kalem dan nggak punya cita-cita untuk show of force alias pamer kekuatan di hadapan para sahabat lainnya. Sayidina Ali tetap low profile.

Tapi, ada juga sahabat penampilannya ‘biasa-biasa’ aja malah ada juga yang ‘nggak meyakinkan’ seperti Abdurrahman bin ‘Auf yang punya cacat pada kakinya, tapi Rasulullah memuji keluhuran akhlak dan pengetahuan mereka.

Bagi jamah cowok, tampil meyakinkan itu perlu. Tapi, jangan sampai merasa wajib untuk tampil macho supaya bisa disebut anak gaul. Membina tubuh agar tetap fit setiap hari bole-boleh saja, malah dalam beberapa kasus bisa jadi harus, untuk berijtihad, misalnya. Nggak masalah. Hanya saja bodi macho bukan segala-galanya. Rasulullah bersabda,

“Bukanlah orang yang kuat itu adalah yang bukan menang dalam bergulat, tetapi adalah orang yang dapat menahan nafsunya tatkala dia marah.” (HR Muslim)

Jadi, macho or modis bukan ukuran kepribadian, Brur. Soalnya, percuma saja kalo performance kamu keren, gaul, macho, modis, tapi ternyata kelakuan kamu nggak jauh dari para premen, yang tentu saja nggak punya kepribadian Islam.

Seseorang yang dikatakan punya kepribadian luhur tatkala mempunyai pola pikir dan pola sikap yang tinggi. Seseorang dikatakan mempunyai kepribadian Islam berarti dia punya pola pikir dan pola sikap yang Islami. Detilnya, ia selalu berpikir secara Islam ketika menghadapi berbagai persoalan dalam kehidupannya. Dilengkapi dengan sikap jiwa yang tentu saja selalu disandarkan kepada ajaran Islam. Jadi, percuma saja kamu tampil macho or modis, tapi ternyata kelakuan kamu nggak beda sama Sylvester Stallone, yang punya bodi kekar dan keren, tetapi suka melecehkan kaum Hawa.

Nah, sekali lagi, sekedar tahu saja agar bisa ngikutin perkembangan yang ada, nggak masalah. Tapi, kalo sudah diaplikasikan dalam kehidupan itu ada aturannya tersendiri. Bila kemudian ternyata bertetangan dengan aturan Islam, terlarang bagi kita untuk melakukannya. Tapi, bila hal itu bersifat universal, nggak masalah seperti yang telah dijelaskan tadi. Jadi, gaul bukan berarti bebas berbuat. Gitu, Brur en Ses.

Wajib “Gaul” dengan Islam

Jadi, yang namanya anak gaul itu bukan berarti harus tampil all out dengan bebas kelewat batas. Lepas dari nilai-nilai Islam. Islam nggak pernah melarang umatnya umtuk keren. Keren disini maksudnya nggak ‘kumuh’. Bahkan, Islam menganjurkan umatnya supaya tampil rapi dan meyakinkan karena itu merupakan adab bergaul dengan masyarakat. Dengan kata lain, kita nggak boleh tampil kucel en dekil.

Bila kamu gape bicara soal musik, film, atau bola, jangan sampai itu membuat kamu terobsesi untuk bisa tampil seperti pelakunya. Malaha kamu jangan cuma gaul dalam urusan-urusan tadi saja, tapi “wajib gaul juga soal hukum dan pemikiran Islam secara lebih luas”. Caranya? Ya ngaji dong, Non!

Tentu harus dipahami bahwa dalam kondisi masyarakat yang amburadul seperti sekarang ini, kita harus selektif. Buat tampil “gaul” kalo harus mengorbankan akidah dan kepribadian Islam, iya nggak? Mendingan perdalam Islam supaya bisa selamat dunia dan akhirat. Meski tentu saja, Islam tak pernah ’alergi’ dengan yang namanya perkembangan zaman. Tapi dengan catatan, hal itu sesuai dengan ajaran Islam. Jadi begitu, cing!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar