Jumat, 14 Januari 2011

Untaian Hasrat

Mungkin inilah yang disebut cinta. Terasa rindu jika tak jumpa. Namun, ketika jumpa tak tahu harus berbuat apa. Ingin senyum, takut salah. Ingin cuek, bisa dikatakan sombong. Namun tak dapat dibohongi, hatiku sangat bahagia saat bertemu dengannya.

Ya Allah, apa aku sedang jatuh cinta? Jika ini perasaan cinta, aku mohon Engkau jaga aku ya Allah agar aku tidak terjerumus.

Teman sebangkuku heran melihatku yang dari tadi senyum - senyum sendiri. Mungkin mereka mengira aku sudah gila. Tapi mungkin aku memang sudah gila.

“Ehemmmmm.....kenapa sih dari tadi senyum - senyum terus ? Lagi senang ya...?” Goda Jingga saat duduk disampingku, yang mungkin dari tadi memperhatikanku.

“Ah..kamu ini. Aku cuma teringat sesuatu yang lucu aja.” Aku berusaha menutupi perasaanku.

Aku menjumpai Rima. Dia teman Iqbal, orang yang aku sukai.

“Kenapa senyum-senyum sendiri? Lagi kasmaran ya...emang kenapa sih? Ada apa?” Tanyanya dengan penasaran.

“Percaya gak kalau Iqbal menyatakan perasaannya sama aku, Ma?” Tanyaku.

“Kenapa enggak. STJ, siapa tahu jodoh.” Jawab Rima.

Aku tertawa kecil mendengar pernyataan Rima. Rasa bahagia ini tiada kuasa kutahan. Aku sudah lama menjaga perasaanku terhadapnya. Namun, temboknya tampaknya agak miring karena kata “Aku sayang kamu” yang dikirimnya.

Setiap saat aku selalu sms dia untuk tanya keadaannya. Setiap itu jugalah ia merespon setiap sms ku. Aku sendiri tidak tahu apa yang membuat aku suka padanya. Setiap saat terlintas bayangnya mengganggu konsentrasiku. Semakin lama hubungan kami semakin dekat. Walaupun kami tidak pacaran. Namun, kedekatan kami layaknya orang pacaran.

Saat libur sekolah, kami selalu janji bertemu di perpustakaan. Kami membahas soal-soal UN bersama. Dia bersama temannya dan aku bersama Jingga. Dan itu sering kalli terjadi. Kalau sudah berbicara di telepon, kami sering berbincang - bincang yang tidak penting.

Saat dia tidak datang pada saat kami janji ingin bertemu di perpustakaan, hatiku benar -benar sangat kecewa. Aku mencoba meneleponnya, namun tidak diangkat. Ya....akhirnya kuambil saja sisi positifnya. Mungkin ada urusan yang tidak mungkin di tinggalkan.

Saat aku mencari - cari buku yang ingin kubaca, tiba - tiba aku bertemu Rani.

“Eh..Ifah. Lho, kamu gak sama Iqbal?” Tanyanya seperti orang heran.

“Enggak ah, dari tadi aku disini. Memang sih tadi kami janjian mau ketemuan disini, tapi kayaknya dia gak datang!!” Keluhku.

“Tadi aku jumpa dia boncengan sama cewek. Ceweknya berjilbab juga. Jadi kukira itu kamu, Fah.”

“Ah...ada-ada aja kamu ini. Mana mungkin aku mau boncengan sama dia. Kamu Ran, kayak gak tahu aku aja!!” Jawabku.

Sebenarnya ada sesuatu yang berbeda di dalam hatiku. Mungkin ini perasaan cemburu. Ya Allah, perasaan apa ini? Kenapa aku marah mendengar ucapan Rani tadi. Seperti ada kekecewaan di dalamnya. Hatiku terasa seperti di terjang ombak tsunami. Ya Allah, apa yang terjadi? Tidak seharusnya aku seperti ini.

Saat halaqoh, Murobbi ku memberi selembar kertas yang harus aku baca dirumah. Beliau juga bertanya bagaimana kabarku. Karena sejak kelas 3 ini aku sibuk dengan sekolah dan jarang liqo’. Saat kubuka kertas itu, terdapat tulisan, “Tidak ada yang bisa mengusir syahwat atau kecintaan kepada kesenangan dunia, selain rasa takut kepada Allah yang menggetarkan hati, atau rasa rindu kepada Allah yang membuat hatimu merana. Rasa cinta kepada Allah yang luar biasa mampu menggetarkan hatimu, sehingga ketika yang ada dihatimu adalah Allah, yang lain dengan sendirinya akan menjadi kerdil. Rasa rindu kepada Allah yang dahsyat sampai hatimu merana. Jika kau merana karena rindu kepada Allah, kau tidak mungkin merana karena rindu kepada yang lain. Jika kau sudah sibuk memikirkan Allah, kau tidak akan sibuk memikirkan yang lainnya. Mencintai makhluk itu sangat berpeluang menemui kehilangan. Kebersamaan dengan makhluk juga berpeluang menemui perpisahan. Jika kita mencintai seseorang ada dua kemungkinan, diterima atau ditolak. Namun jika kita mencintai Allah, pasti akan diterima dan kita tidak akan kehilangan Allah. Allah tidak akan berpisah darimu kecuali kamu sendiri yang berpisah dari-Nya. Wahai ukhti yang tercinta karena Allah, kembalilah kepada Allah dan Al Qur’an. Dunia ini sudah banyak menyesatkan. Jadilah orang - orang yang dicintai Allah. Jadilah orang-orang pilihan Allah dan bermanfaat bagi orang tuamu.”

Kata-kata itu membuatku sadar bahwa aku telah jauh dari Allah. Aku telah dibutakan oleh rasa cintaku kepada orang yang mungkin tidak mencintaiku seperti aku mencintainya. Aku telah jauh dari kekasih sejatiku. Ya Allah ampuni aku. Mungkin akan sulit bagiku untuk melupakannya. Namun aku tidak akan melupakannya. Kubiarkan Allah memelihara rasa itu. Semoga cinta ini di ridhoi. Kasih maafkan aku. Aku mencintaimu, tapi aku lebih cinta Tuhanku.

Oleh: Zuwanna Anggraini Sinaga ( SMK Asahan )

Buletin Dakwah Al-Kahfi Edisi 32 tahun IV / 04 Jumadil Awal 1430 H / 30 April 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar